Blog Archives

Belajar Berjalan

Sudah lama aku tidak pergi ke kampus, kira-kira sudah lebih dari satu tahun aku vakum dari dunia  akademis. Mungkin bisa dibilang semua yang ku lakukan hanyalah melarikan diri. Saat sedang dirundung dengan banyanya masalah pribadi teman-teman yang harusnya mensuport kita justru acuh-tak acuh dan sibuk pada urusanya masing-masing. Ya sudahlah, itu sudah cukup  menjadi alasanku untuk menghilang.

Kemarin, saat datang ke ujian pendadaran Feri, bertemu dengan  teman-teman seangkatan rasanya seperti bertemu musuh saja. Mereka membicarakan tentang diri mereka, rencana-rencana mereka, lalu saat mereka melihatku mereka bilang semangat tapi hanya sebatas kata saja. Ya memang, saat awal kuliah semua begitu menyenangkan tapi saat mulai memasuki tugas akhir satu per satu teman itu menghilang. Ya, semua orang pada akhirnya sendiri, hidup pada kenangan.

Sudah cukup, aku lebih memilih menghilang dari tempat ini dari hadapan mereka.

******

Dikelas aku mendapat jabatan sebagai sekretaris yang sering diberi materi-materi kuliah, juga informan kalau ada ujian atau materi tambahan yang diberikan
“ Teman-teman ini ada kumpulan soal yang kumpulkan dari kakak tingkat, besok ujianya openbook .. ujian terakhir semester ini jam 9:00. Setelah itu ga ada kuliah dalam ruangan alias mulai mengerjakan tugas akhir…
Yee.. besok ujian terakhir stelah itu tinggal garap tugas akhir, lalu lulus dan jadi orang” Sahut salah seorang dipojokan.

“Habis ujian yuk dirayakan makan-makan”

“nanti malam mo nge-game aja, ayo siap yang udah level 50?”

Dan berbagai macam kelakar seperti biasa yang mereka lakukan. Aku segera mengemasi  tas dan buku-buku lalu beranjak pulang.  Sepertinya hidupku hari ini normal dan baik-baik saja. Sampai dikos karena lelah dengan cepat aku tertidur. Malamnya kami aku tidak belajar kan openbok mending nonton film trus tidur, yang penting buku-buku buat amunisi besok lengkap.

Kesokan paginya, aku kaget setelah baca sms dari dosen mengenai ujian yang akan dilaksanakan, Aku segera menelpon Ferry ketua angkatan kami, “Assalamualyum Ferry tolong infokan ke temen2 segera, penting nih..

“Apa? “ terdengar suara malasnya, keliatanya ia bangun sedang bangun tidur, “pagi-pagi kamu mo nembak aku ya,”
“Hoi ini serius , ujian nanti ga openbook, cepat dijarkom, materi ga jadi 2 bab cuma 1 bab,  juga diajukan jam 8:00 bapaknya mau keluar kota”

“Heh yang benar” jawab dia ulai serius, “Eliing, statistika mbah, emang bisa paham belajar cuma sejam, bapaknya ga waras nih, gini aja tak telpon aja nanti biar kulobi”

“Sebenarnya sejak kemarin malam sms kuterima, sekitar jam 7-an, tapi aku lagi syik nonton film setelah itu ketiduran,

“Heh gimana tow, kokbisa-bisanya, Kamu tahu kan itu dosen paling sulit di nego seprodi. Emangnya kamu mau tanggung jawab apa, udah kamu sms aja sendiri ke teman-teman,…” tut tut tuut terdengar nada putus.

Ga ada pilihan lain. Satu persatu teman seangkatan ku sms, Sudah bisa dipastikan reaksi mereka ada yang menganggap itu guyon, banyak yang ga percaya, hingga marah-marah setelah tahu yang sebenarnya terjadi. Dari pesan-pesan singkat mereka, kenapa mereka begitu marah, bukankah masih ada waku belajar meski cuma 1 jam. I jam cukup untuk mengulang materiyang tiap pertemuan kuliah.

Jam 07:45
Aku masuk kelas dengan dengan nuansa yang dingin. Rasanya seperi memasuki wilayah musuh. Terlihatwajah-wajah kecewa mereka bercampur serius belajar. Benar-benar pemandangan yang sangat tidak nyaman.

“Selamat pagi, buku dimasukan, kita mulai ujian.”

Aku memberanikan diri mendatangi  meja beliau, Tanganku sedikit gemeteran, khawatir apa yang akan terjadi setelah ini.

“Begini pak, tadi sms bapak tadi malam baru saya baca tadi pagi, jadi ini teman-teman belajarnya kurang, jadi kalau bisa openbook saja ya pak.”

“Lha kemarin sudah informasikan belum ke teman-teman”‘ sembari mengambil lembar jawab dari tasnya.

“Sudah pak”

“Ya sudah ujian langsung saja, ini sekalian tolong bagikan “ sambilkan menyerahkan lembar jawab. Aku tak tahu harus bilang apa lagi, aku mulai membagikan soal-soal dibantu Feri

“Tenang saja, nanti masih ada remidi kok”

Aku tahu Feri mencoba menghiburku, terimaskasih. Tapi yang sudah terjadi tetap tak bisa diubah. Dan ujian pun dimulai, dari soal-soal yang diberikan kukerjakan bagiku tak begitu masalah, tapi tak tahu bagaimana dengan mereka semua .

Ya itu semua hanyalah masalah sederhana, tapi sudah cukup mengusik hubungan dengan teman-teman sekelas. Aku tak tahu apa yang dipikrkan mereka, apakah mereka kecewa padaku? Apakah mereka menganggapku musuh, terserah mereka..

Kalau aku jadi mereka aku menganggap hal itu hal yang biasa, aku sudah sering menerima perubahan mendadak. Lagipula IPK-ku cukup bagus jadi kalau dapat jelek pun tidak begitu mempengaruhi. Salah mereka yang tidak belajar tiap hari, bukankah guru-guru bilang  belajar itu tiap hari bukan cuma saat ujian. Memang benar SKS alias sistem kebut semalam, kebanyakan orang begitu. Bukankah dulu saat aku lupa ada ujian ga ada yang mengingatkanku aku juga tak mempermasalahkan.
Ku langsung pulang kekos, tak seperti biasanya, padahal dulu awalawal kuliah aku paling akhir pulang dikampu. Sejenak ku mengurung diri di kamar 2×3 m. Aku kesalpada diriku yang tak bisa menjaga amanah. Aku kesal pada teman-teman yang seenaknya menyalahkanku. Isak tangis, air mata mulai mengalir di pipi, meski berpura-pura kuat tetap saja aku hanyalah manusia lemah. Setengah diriku merasa bersalah, setengahdiriku menyalahkan mereka.

******

Ku baca tulisan di N2310ku
14:30 Nana, kamu dimana sekarang? Teman-teman kamu sudah banyak yang lulus lho.
16:17 Bu Indah, kenapa Ibu begitu baik pada saya?
20:39 Krna banyak org2 baik disekeliling sy … yg selalu memberi semangat untuk melanjutkan hidup.. dan itu membuat sy bahagia… walaupun sy gak kaya… Tp dg berbuat baik, sy merasa kaya karena disayangi, dibutuhkan, diperhatikan byk org.. he..he.. (*GR.com)”

Bu,sebenarnya saya sudah putus asa, tapi kenapa? Ibu masih peduli padaku. Aku melarikan diri dari dunia kampus, meninggalkan teman-teman, organisasi, tak bekerja, mengurung diri dikos terus-terusan, melupakan amanah orangtua, tak bisa mewujudkan mimpi. Hei..betapa rendahnya diriku. Aku tak mau lagi menangis, tangis tak kan menyelesaikan masalah, itu hanya sekedar pelampiasan emosi. Aku harus menghadapi kenyataan ini.

******

Hitam-Putih, tapi ini bukan acara salah satu stasiun Tv tapi adalah seragam kampus di hari senin-selasa. Hari ini ku beranikan menemui salah satu pembimbing, mencari kejelasan nasib studiku. Aku akan memulai semua dari awal lagi, meski teman-teman seangkatanku sudah hampir lulus semua, bahkan sudah  S2, bekerja diluar Jawa. Tak masalah, ini hidupku, ini adalah hal yang akan kuputuskan selanjutnya.

Berhubung masa-masa perkuliahan semester ganjil sudah selesai, jadi tidak banyak mahasiswa yang berada dikampus. Kesempatan bagus, pikirku. Pukul 8:00 berada di lantai 2 gedung ini, masih teringat kenangan saat menjalani kuliah bersama,  tugas dikerjakan seorang lalu yang lainya tinggal mencontek berjamaah. Semuanya begitu indah terlalu jauh diingat-ingat, kenapa saat kita semua meraih mimpi masing-masing justru kita saling berjalan sendiri-sendiri.  Ya begitulah, setiap orang punya kehidupan masing-masing.

“Mbak Nana”
Tiba-tiba terdengar suara memanggilku,suara yang tak asing lagi, Bu Indah, Dosen yang paling familiar tempat curhat semua mahasiswa baik cewek maupun cowok.
“Mencari saya kan?” lanjut beliau. Ku pikir beliau pasang muka marah, tapi justru menyapa dengan santainya.
“Mau konsultasi sekarang atau nanti, saya ada mengajar kuliah jam tengah sembilan. Habis kuliah aja ya, jam 11an, di lantai 3”
“Iya Bu”  Hah yang benar saja, aku belum mememutuskan mau konsultasi jam berapa sudah dijadwal. Yosh.. daripada sambil menunggu yang pastinya lama, ku pergi perpus sambil mencari referensi yang ada. Berjalan menuju perpus sambil melihat perubahan tempat penuh kenangan ini setelah masa vakumku.

“Permisi Bu, “
“Ya silahkan masuk”  Ku bergegas mencari tempat duduk.
“Mbak Nana ada masalah apa, kok lebih dari setahun menghilang kemana aja? Teman-temanmu sudah pada lulus lho, malah banyak yang ngelanjutin S2. “ Seperti biasa aku kena serangan banyak pertanyaan.

“Tidak tahu Bu, bingung mau apa haha” Jawabku setengah bercanda.

“Sebenarnya yang terjadi itu… aku seperti  ga punya keinginan baik utuk belajar atau mengerjakan tugas. Lagipula  dulu aku masuk Universitas sini kan kayak mengalir saja, seperti SD lulus ke SMP, SMP lulus ke SMA, SMA lulus bisa kerja atau kuliah”

Bu Indah cuma tersenyum

“Trus kuliah itu pun sebenarnya bukan pilihanku sendiri. Dulu waktu daftar SNMPTN pun alasanya cuma ingin menguji kemampuanku diantara murid-murid SMA. Lalu, jurusan pun  bukan aku yang meilih tapi kakakku yang memilih, jadi aku hanya tinggal menjalani saja. Tapi lambat laun aku mulai berfikir aku harus segera menentukan masa depanku, saat itulah aku bingung.

“Ya terus” Ku lihat Bu Indah menyimak penjelasanku

Bu Indah menarik napas lalu berkata, “Ya itu semua dari sudut pandangmu,. Kalau ku lihat dari sudut pandangku kau ini orang yang banyak menuntut. Oke, biarkan semua mengalir sewajarnya, lupakan kenangan tentang masa lalu. Cobalah membuat mimpi yang baru dan mewujudkannya. Untuk mendapat ridho Alloh lewat orang tua”

“Tapi saya masih bingung akan menjadi apa dimasa depan nanti? Saya tidak tahu sebenarnya keinginanku apa? Saya ga punya mimpi atau keinginan. Saya juga tidak bagus dalam berkomunikasi…” Tak terasa mataku mulai berkaca-kaca.

“Kamu itu sebenarnya punya banyak potensi, hanya saja kau belum menyadarinya. Kau itu cuma unik, kau seharusnya banyak bersyukur dibanding dengan mahasiswa lain. Ada lho adik tingkatmu yang menjadi tulang punggung keluarga sambil terus kuliah, ada juga yang terpaksa berhenti kuliah karena merasa tak bisa mengikuti pelajaran. Kalau pun kau tak punya keinginan tentang hidup ini, coba lihat diruangan ini, dosen-dosen yang umurnya sudah pada lebih dari 50 tahun tapi mereka tetap semangat dalam menjalani kehidupanya. Mereka semua sudah tak punya impian seperti mimpimimpi anak muda, tapi mereka terus melanjutkan kehidupan ini. “

“Tak masalah di masa depan nanti kau menjadi apa. Jalanilah hidupmu saat ini, Temukanlah kesenangan/kebahagiaan baru disana. . Saya dulu waktu pertama kali jadi guru juga berfikir sama sepertimu. Semua tdak langsung instan. Semua butuh proses dan pembelajaran. Jika kau pikir kau tidak ahli dalam suatu bidang itu tak masalah, karna kita semua masih dan terus belajar.”