Category Archives: Flashfiction

Bangku Taman ‘4

Kita selalu terburu-buru pulang
“Aku harus segera pulang, setelah ini aku kerja paruh waktu”
“Kalau aku setelah ini harus bantu-bantu pamanku”
“Aku harus segera pulang setelah ini ada les”
Sama denganku, aku pun harus segera pulang

Di halte ini, aku menunggu bus yang lewat
Hari ini mendung, mungkin sebentar lagi turun hujan
Kubuang pandanganku jauh ke atas langit, melewati awan

Terlalu tinggi, langit di kota ini, masih di luar jangkauanku
Matahari masih bersinar, meski redup, karena bersembunyi di balik awan
Angin berhembus, menerpa sampah-sampah yang ada di sini
Terlihat begitu bebas, tak seperti hidup ini

Karena aku tak bisa menjangkaunya dengan kedua tangan ini
Karena itulah aku ingin bisa menjangkaunya dengan tangan kecil ini
Suatu saat aku pasti bisa menggenggamnya
Itulah, yang kau bilang padaku kalau “itu” adalah impian
Karena kaulah yang mengajariku bermimpi dan arti keberadaan di duniaku ini
Aku sangat bersyukur bisa bertemu denganmu
Meski begitu singkat pertemuan kita

Kisah kita … Hanya sedikit orang yang tahu, seperti halnya dirimu
Tapi karena itulah kau begitu berharga bagiku,
Kita tak akan pernah bertemu lagi
Aku akan terus meneruskan apa yang ingin kau jalani waktu itu

Kita tak kan pernah bisa mengulanginya
Di musim panas itu, keranjang rotan itu, topi jerami itu
Juga pemandangan yang hanya kita yang tahu
Dunia terus berputar, tapi pada saat itu waktu terasa berhenti
Begitu ya, aku menyebutnya kebahagiaan kecil
Meski hanya beberapa jam setelah kita bertemu
Meski hanya beberapa kata yang keluar
Tapi seolah kita telah menantikan jauh-jauh hari

“Aku menunggumu, kemana saja kau selama ini, akhirnya… kita bisa bertemu”
Kata-kata yang terucap pertama sambil kau meneteskan air mata
Aku heran dan terkejut, aku hanya membalas, “maaf, maaf, maaf…”
Setelah itu barulah kita berkenalan
Itu adalah pertemuan pertama dan terakhir kita

Sekarang, aku mulai menaiki bus yang berjalan menuju rumahku
Ku memandang jendela, bergumam lirih, “seperti katamu, aku harus terus berjalan  ke depan”
Kutahan rasa sakit di ulu hati ini, ku gigit gerahamku kuat-kuat
Kalau saja aku tak membuang-buang masa-masa berharga itu
Kalau saja aku sedikit lebih cepat bertemu denganmu
Pastinya aku akan bersamamu saat ini dan seterusnya
Sudah cukup, aku harus berjalan menggapai janji kita, juga untukmu

aku masih meragukan kata-katamu yang itu
Sesuatu yang hilang tak kan pernah kembali tapi akan digantikan  sesuatu yang lebih baik
You, best partner yang pernah aku punya selama ini
tapi kau bilang kalau aku akan melupakanmu suatu hari nanti
tapi aku hanya membalas kalau waktu itu tiba akankah kau sedih
kau membalas, tidak. kau justru senang kalau aku bisa menjalani hidup tanpa ketergantungan dirimu

Kau memang aneh, aku pun juga
Kisah tentang kita memang sudah lama berakhir
Tapi kisah yang baru yang kubuat sedang berjalan
Aku pastikan itu lebih indah

Benar bukan, Hidup ini begitu indah
Meski kesedihan dan kebahagian silih berganti
juga masa depan tak pasti, juga tak seorang pun tahu
tetap kulakukan apapun masa depan nanti seperti apa
Demi Sesuatu Yang Indah

Distance

Drama 5 Menit

 

“hei, kamu”

“Ada apa?”

“Aku selalu memperhatikanmu dari kejauhan sini, jauh-jauh sebelum saat ini, dan sebelum ku menyadarinya”

“Kau bicara apa”

“Dalam sebulan, jika tak ada halangan aku selalu ingin dan ingin bertemu denganmu memandang dari kejauhan sini, meski kita tak kan pernah bertemu lebih dekat dari sini, hanya sehari itu aku tak bertemu denganmu”

“Bukankah itu sudah cukup, kita hampir setiap hari bertemu”

“dihari ku tak bertemu denganmu, aku benar-benar berada dalam kegelapan”

“Tapi disaat itu bukankah kau mengalihkan pandanganmu, kau memandang yang lain disana. Mereka bahkan lebih indah dan menarik. Bahakan aku hanya seperti penghalang bagi kau dan mereka untuk bertemu denganmu”

“Tidak, itu salah. Di saat kau tidak ada, hidupku menjadi surut, bahkan ku merasa berada dalam titik paling rendah,…

“Jangan berkata yang tidak-tidak. Aku bukanlah cahaya bagimu. Aku hanyalah menyampaikan apa yang ku ketahui darinya. Dia lebih bersinar dariku, lebih cerah, sangat cerah.”

“Kau benar, memang dia lebih cerah darimu. Tapi bagiku, kau tetap lebih indah dan menarik bagiku.”

”Kau tidak tahu apa, seperti apa sebenarnya diriku. Aku sudah tidak utuh. Saat mengetahui apa yang sebenarnya pada diriku, aku tidaklah seindah yang kaukira.”

”Meski begitu aku akan tetap menerimamu apa adanya. Aku ingin tetap bersamamu, karena kau satu-satunya yang kumiliki”

”Sudah hentikan! Kita tidak akan pernah bersatu. Itu kenyataanya. Apa yang akan kau lakukan?!”

”Itu memang benar. Dan yang bisa kita lakukan hanyalah menjalani kehidupan kita masing-masing. Tapi…. Itu tidak adil! Kau selalu menerangiku, memberiku cahaya saat ku berada dalam kegelapan.”

”sudah kubilang bukan! Aku hanya menyampaikan apa yang sudah kuterima, bahkan sering kali masing kurang, tetap tak bisa kusampaikan semua. Apa yang kuberikan padamu tidaklah seberapa dibanding yang dia berikan”

”Itu sudah cukup bagiku, Karena selama ini kau sudah berusaha.”

”Aku senang, Aku sudah cukup senang dengan semua ini, meski hanya perhatian darimu yang kudapatkan. Aku akan terus bersamamu, menjalani kehidupan bersamamu dan memperhatikanmu dari kejauhan sini, seperti yang kau lakukan selama ini.”

 

 

 

Keep silent

“Kau sudah membawanya untuku, meski buku itu sudah tak lengkap tak masalah.” Dia berkata
“Apa? Ah begitu, baiklah, selamat membaca.” Balasku sambil tersenyum
Aku pergi meninggalkanya, seperti semua masalahku denganya selesai
Esok paginya, kau ternyta tidak masuk sekolah karena sakit
Aku sedikit mengkhawatirkanmu
Aku sedikit merasa berbeda, hari ini akan tanpamu

Ketika bel pulang sekolah berbunyi, aku tidak ingin segera pulang seperti biasanya
kulihat langit gelap, bentar lagi turun hujan, pikirku

Ku membawa tasku berjalan menyusuri jalanan sepi ini
jam menunjukan pukul 4 sore, ah sepinya hari ini, sambil kutendang buah pohon di depanku
Saat itulah aku mulai menyadari aku ternyata seorang diri

Esok paginya, ku berangkat, memasuki kelas, di depan pintu ku melihat sosokmu
Kau seperti biasa tersenyum bercanda dengan teman-temanmu
Syukurlah pikirku, kau tidak apa-apa.
Disaat istirahat kau tiba-tiba menghampiriku,
Ini bukumu, terimakasih ya, maaf aku tidak bisa berlama-lama, aku pergi dulu
Kau pergi tiba-tiba, aku menggenggam buku, lebih keras lebih keras, sambil menundukan pandanganku
Sepertinya memang tak ada cara aku bisa lebih dekat denganmu
Sudah, lebih baik berhenti

Hei, ini sudah 3 hari kau tak masuk sekolah, kau tak apa-apa, pikirku
Ah buat apa kupirkan, bukankah dia bukan siapa-siapa, tak ada hubunganya denganku
Dan aku menjalani kehidupan sekolahku seperti biasa

Hei ini hari senin, dan kau masih absen di kelas ini
Wali kelas masuk dan memberi pengumuman seperti biasa tapi
Beliau berkata, Hari ini ada kabar buruk, salah satu teman kita hilang dan seterusnya
Tidak mungkin! Apa sebenarnya terjadi! Aku mulai bertanya-tanya
Beliau melanjutkan, karena itu setelah ini semua siswa yang punya hubungan denganmu akan diperiksa
Apa ini? Aku semakin bingung. Lalu kami sekelas menuju ruang bimbingan dan ditanyai satu per satu
Ketika giliranku tiba, beliau berkata, dia menghilang 5 hari lalu
5 hari lalu? Berarti saat itu adalah saat terakhir aku bertemu denganmu

Dirumah, kupandangi buku yang pernah kau pinjam
Tiba-tiba ku menemukan secarik kertas,terlipat diantara lembaran halaman
Disitu tertulis
“Terimakasih,
Aku sangat menyesal tak bisa bicara banyak denganmu, apa boleh buat.
seharusnya kita tak pernah bertemu, aku tak ingin kau terlibat
Karena aku tahu kau menyimpan rasa suka padaku, aku tahu itu
Saat aku menghilang nanti, bersikaplah seperti biasa
Sebenarnya aku juga tertarik padamu, maaf ya
Kuharap kau adalah orangnya
[Saat langit masih biru, bulan hitam disiang hari, titik putih di kejauhan]

Apa ini?Apa maksud semua ini?Kenapa?
Aku tak tahu harus kuperbuat
Kau memberiku teka-teka,
Sudah hentikan! Jangan main-main! Semua mengkhawatirkanmu!

[Belum ada rencana bersambung…]

La storia

seiring berjalanya usia
Hal-hal dulu yang membuat hatiku berdebar mulai memudar lalu hilang
Apakah hal yang sama juga dengan seperti ikatan, kenangan dan hal-hal semacamnya
Nyata atau tidak nyata tetap harus menerimanya

Lalu apa yang tersisa selanjutnya?
Apa yang akan menggantikanya
Karna aku percaya setiap sesuatu yang hilang pasti akan ada penggantinya

Tapi yang satu ini
Aku tak ingin kehilangan

Di ruang kelas ini kau, aku dan teman-teman belajar
Kita semua dipertemukan oleh-NYA disini
Terimakasih atas saat-saat indah kita bersama
Meski kita tak pernah menerima perpisahan, tapi kita telah menjalaninya
Hanya percaya suatu saat akan bertemu lagi
Meski entah dimana sekarang, dimana kita di masa depan
Tapi kita tetap menjalani kehidupan masing-masing
Aku sudah tak ingat semua, sejak dulu aku memang payah dalam mengingat
Tapi sesuatu yang terukir kuat dalam ingatanku adalah
Ketika kita bicara di jumat sore itu

Tak ada waktu cukup lama kita bisa berbicara
Karna aku seorang yang penakut, dan kita tak begitu saling kenal

Bel sekolah berbunyi
Kita pulang
Terasa sedikit membuatku sakit
Aku ingin lebih lama disampingmu
Aku ingin lebih banyak mengenalmu
Tapi itu semua tak pernah terwujud
Pada akhirnya kita tak mengenal lagi seperti saat kita pertama kali bertemu
Begitu canggung, enggan tuk menyapa, meski kita tahu

Di bawah pohon jambu, di dekat ruang musik
Berjalan menuju perpus dan bertemu di ruang multimedia
Masih kah kau ingat aku di saat itu
Karana itulah pertemuan pertama kita

Ah terasa menyesakan, napas ini sesak, aku tak ingin mengingatnya lagi
Aku hanya ingin, hidup tanpa penyesalan
Tapi
tetap saja
Aku melewatkan banyak kesempatan dan menyesalinya,
Jauh-jauh di dalam hatiku
Meski kata-kata ini tak sampai pun
Aku akan tetap mengatakanya
Meski aku sudah tahu jawabnya pun
Tetap kukatakan
Karena itu lihatlah
Aku bisa berdiri disini sekarang, dengan mengangkat kepala

Tak Ada Jawaban

Di halaman sekolah yang panas, kau menutup kepalamu dengan buku
Lalu berjalan menuju ke arahku yang duduk di teras kelas
“Apa yang kau lihat? Hari ini panas ya”
Kau membuka pembicaraan tapi aku hanya berkata dingin
“Kau sudah membacanya?” tanyam lagi
“Sudah lama” “Bagus” “Aku cuma butuh 4 hari”
Sambil tersenyumkau hanya menjawab,”Buku selain iniapalagi yang mirip?”

Dalam hatiku merasa sebal, kenapa dengan wajah polosmu itu
Tak tahukah kalau aku sedang memamerkan kelebihanku
Seharusnya kau sebal emosi, tapi yang kau tunjukan diwajahmu hanya senyuman itu
Aku sama sekali tak mengerti dirimu

Keesokan harinya, kau taampakan wajah itu lagi “Ceritanya bagus”
Dan kau mulai bicara tentang buku itu tapi aku sama sekali tak tertarik
Setelah kau bercerita cukup lama, ku berkata tentang kelanjutanya cerita yang belum kau baca
Tapi kau malah begitu tertariknya, ttanpa mempedulikan sekitar
Ku berharap kau tahu betapa membosanya sudah mengetahui buku sebelum membacanya
Tapi di akhirceritaku kau berkata, “Kalau ada aku,kau bisa mendapat banyak hal tanpa harus susah-susah membaca”

Sudah cukup
Apa tak tahukah kau betapa menyebalkan dirimu
Ku pikir kalau aku memberitahukan padamu kehebatanku kau akan iri tak suka sebal
Tapi kau terus dan terus ingin mengetahuinya
Sudah hentikan, aku disini untuk menikmati kebebasanku tanpa gangguan orang lain
Tapi kau terus saja mengangguku dengan pertanyaan-pertanyaanmu

Hari ini sepeti biasa ku duduk di ruangan ini
Membaca buku, dan sibuk dengan duniaku
Esok hari dan selanjutnya, hal yang sama terusberulang
Saat kepalaku mulai pusing, ku berhenti sejenak,
Aku menyadari sesuatu yang, keberdaanmu yang tak kutemukan
Entah kenapa hari-hari selanjutnya,aku mulai merindukan suarau,

Entah kenapa aku sekarang ingin tahu tentangmu
Kuberanikan menuju kelasmu dan bertanya mencari-cari sosokmu
Tapi saat ku bertanya pada orang dikelasmu, ternyata kau sudah pindah kelas
Ah betapa terkejutnya aku

Hei itu semua tak adil
kau bertanya banyak hal dan aku hampir selalu menjawab pertanyaanmu
Ku beritahu kau banyak hal tapi kau sama sekalii tak memberitahuku apapun
Bahkan aku hanya tahu namamu wajahmu dan jam-jam saat kita bertemu

Setidaknya sebelum kau pergi, ucapkan salam perpisahan padaku
Apakah aku sama sekali tak ada dalam pikiranmu
Ah benar mungkin aku sebegitu menyebalkanya hingga kau tak mau menemuiku
Lalu apa artinya pertemuan kita selama ini

Kau benar-benar yang terburuk

Dan aku menyadari
Meski aku merindukanmu sekalipun, aku akan tetap tak mau mengatakanya
Karena aku bukan yang kau butuhkan sekarang

Kalau sajakita masih bisa bertemu di musim semi ini
Mungkin langit yang biru akan memberitahuku
Tapi ku terlambat meraih tanganmu
Dan kata-katamu waktu itu melayang terbawa angin