Monthly Archives: January 2015

Kapur di Papan Tulis Hidupku

“Nee kakak, hidup itu apa?” Adik kelas yang satu ini terus menerusku memberondongku dengan pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi.
“Hmm, hidup ya, hidup itu ya tidur makan berangkat sekolah pulang makan belajar lalu tidur dan seterusnya, hahaha gimana?”
Dia cemberut.
“Bagaimana kalau hidup itu…, ketika nafas masih ada di paru-paru,jantung masih berdetak, aktivitas jaringan neuron di otak masih jalan, dan metabolisme dalam mitokondria berjalan lancar.”
Dia menghela nafas, mengubah posisi duduknya, menyangga dagunya dengan tangan kirinya, “Apa tidak bisa lebih serius?”

Kulihat dia nampak mulai kesal.

Aku pun ulai serius,”Bagiku sendiri, kehidupan yang kujalani hanya diiisi dengan penyesalan-penyesalan yang terus berualang. Seraya menahan, menyembunyikan sendiri dari orang lain, lalu menjalani hari-hari di mana kita terpaksa menerima kenyataan kalau tidak bisa meuwujudkan satu per satu keinginan. Kalau seandainya diberi pilihan, entah perjanjian apa yang dilakukan aku dulu saat sebelum lahir, aku tidak ingin hidup tapi aku sudah hidup sampai selama ini. Mau tidak mau aku harus menjalaninya, apa itu menyakitkan, apa itu menyebalkan, apa hanya keputusasaan, apa hanya sesuatu yang menyedihkan. Asalkan kita bisa menerimanya, asalkan percaya hari esok masih ada, juga masa depan yang cerah menanti.”
Ah, kata-kataku terlalu suram, panjang dan membosankan. Tidak ada yang mengerti.
Aku melihatnya.
Dia terdiam heran.
“Kau baik-baik saja”, kataku.
“Kakak, aku juga berpikiran begitu, kita sama.” Dia berjongkok maju ke arahku dengan antusias.
“Kau?” Aku heran.
Pandangan yang suramku akan hidup yang bila aku berani mengatakan ke teman sekelasku pasti mereka akan mengatakan, suram, bodoh dan sebangsanya. Tapi dia malah begitu tertarik.
“Bagaimana bisa aku dan kakak berpikiran sama ya, jadi, kalau begitu, maukah kakak terus bersamaku, bukankah jalan pikiran kita sama, tentu pasti lebih mudah akrab,menyatukan banyak ide, berteman selamanya, menjalani hidup bersama selamanya.”

“Apa maksudmu kau nembak aku?”

“Eh…, bukan maksudku begitu tapi emmm, ah begitulah pokoknya kita berteman akrab”

“Hei adik kelas, meski pandanganku sesuram ini, tapi aku yakin suatu saat aku menjalani kehidupan terang benderang di mana aku bisa hidup seperti kebanyakan orang”

“Kenapa kakak bilang begitu? Aku lebih kakak yang sekarang, karena di mataku kakak terlihat spesial. Kenapa kakak ingin menjadi orang biasa?”

“Bukan bearti aku ingin menjadi orang biasa. Ada hal yang ingin aku lakukan. Aku ingin menjadi seseorang yang menjadi cahaya bagi orang lain.”
“Hei, adik kelas, prestasi apa yang paling membuatmu bangga?”

“Tidak ada. Mungkin.”

“Ayolah, misalnya kau berusaha semalam belajar cara mengerjakan suatu soal, dan besok ulangan. Lalu esok harinya kau bisa mengerjakan soal tersebut meski pada akhirnya soal yang lain tidak bis akaukerjakan dan nilaimu menjadi jelek.”

“Kalau yang seperti ada.” “Tapi lebih baik tak mengingatnya.”

Ini adalah awal pembuka cerita. Kalau saja aku tidak menanyakan hal itu, pasti semua tak kan jadi begini.
Adik kelas, apa cemburu padaku? Atau lebih tepatnya apa kau kecewa padaku?

I call it my dark

Kau bilang kau sudah lelah dengan semua ini
Kau bilang kau telah menmukan tempat yang kauinginkan
Kau bilang ingin berhenti saja
Kau bilang langitmu sudah lama runtuh
Kau bilang untuk apa terus-terusan mengejar mimpi ini
Kau bilang sudah tak ada tempat untuk kembali
kau bilang kau tak ingin menderita lebih dari ini
Ah sou

Apa lagi yang kau inginkan
Apa lagi yang ingin kau ucapkan

Lalu kita pun berpisah

Sambil memendam rasa penyesalan karena tak seharusnya begini
Kau punya mimpi, aku punya mimpi
Kau menyerah pada mimpi, aku terus mengejar sampai dalam kegelapan alam raya tak berujung
Kau menemukan kebahagiaanmu sekarang, aku pun juga menemukan kebahagianku

Tapi, kebahagiaan kita berbeda

itu tak mungkin bukan, menyatukan perbedaan, yang bisa kita lakukan hanya menerima perbedaan itu

Sudahlah

Lagipula pada akhirnya selalu berakhir dengan pertengkaran

Hei, sekarang aku sudah jatuh cinta pada orang lain.
Apa kau akan baik saja?
Aku tahu kau akhirnya akan menemukan orang yang kaucintai.
Yang kutakutkan hanyalah aku tidak bisa mencintaimu seperti dulu lagi
Kau tahu kan, aku terlalu banyak tahu tentang dirimu, sedang kau sama sekali tak tahu tentang diriku
Aku mulai mencintainya, perlahan
Aku mulai mengganti posisimu denganya, ini menyakitkan bagiku, karena kau orang yang membawaku meraih semua ini
Bagaimana aku bisa melupakan semudah itu, tanpa menyadari aku sudah semakin dekat denganya, hingga kusadari kau terlalu jauh

Aku adalah bintang tinggi, aku adalah sinar ang berada dalam kegelapan
memberi ptunjuk banyak orang tanpa tahu kalau aku sendiri mulai tak mengerti apa itu kegelapan
Hingga kusadari sejak awal aku telah jatuh dalam kegelapan
Kini sudah tak ada cahaya lagi untukku, akuu mulai mencari cahaya, membawaku pada mimpi yang baru, angkasa yang baru

Ah menyesakan

Cukup hidup seperti biasa pun begitu sulit
Aku mulai kehabisan hidrogenku
Aku akan mengambil milik ang laian agar menjadi milikku
Bahkan mengambil semua yang dipunyai orang lain agar jadi milikku semua
Aku ingin lebih, lebih dan lebih

Aku tak tahu apa yang menanti di depan sana
Aku tak tahu aku akan menjadi apa
Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan yang hanya kusadari
Sedang yang harus kulakukan yang tak kusadari aku tidak tahu, kuharap seseorang memberitahuku
Aku hanya melakukan hal yang kuinginkan

Aku sekarang tidak lain hanyalah kegelapan
Tak diketahui orang laian, dijauhi orang lain, juga tempat yang lainya bersembunyi
Sinari aku, tapi kau akan kehilangan dirimu
Membiarkan aku, itu hanya membuatku semakin rakus

Aku tak lagi bisa melihat esok hari
Tapi aku bisa melihat apa yang kulakukan

Aku akan meraih semua, mendapatkan smua

Mulai lelah

So annoyed
Why I have too many account
I can’t handle it again anymore

fb: /andry.revan
twitter: @andryrevan
idws forum : Revandry

Ah… other like 4shared, mediafire, tusfile, goodreads, path, linkedin, disqus, idws, aaahh.. and many many more

STOP this alien

I want to back my real life
That pathetic socmed, I hate cellphone, i hate android, i hate manythings

I want life with we are talking face each others.

Get addicted socmed, get addicted gadget, how I live now

i want take back my beautyfull life.

Hiiro

Dulu, percaya ‘Hero’ itu benar-benar ada.
Hero akan menyelamatkan seseorang ketika seseorang itu kesulitan, baik korban itu meminta pertolongan maupun tidak maka dia akan datang membantu.
Lalu, lambat laun ‘Hero’ yang saya impikan itu tidak benar adanya.
‘Hero’ yang ada adalah orang-orang di sekitar kita.
Mereka akan membantu kita saat kita sedang butuh bantuan juga dekat dengan kita.
Tapi, lambat laun juga pemikiran semacam itu juga mulai berubah.
Ada saatnya kita harus berpisah dengan seseorang. Juga orang di sekitar kita belum tentu bisa membantu kita.
Setelah itu, ‘Hero’ yang saya pikirkan juga mulai berubah.
‘Hero’ itu adalah dirimu sendiri.
Kau tidak mungkin terus menerus manggantungkan hidupmu pada orang di sekitarmu.
Ada permasalahan khusus yang tak satu pun dari orang lain yang bisa menyelesaikannya, tapi kau bisa menyelesaikanya, kau tidak punya pilihan lain.
Jika kau tidak bisa menjadi Hero, maka “Hero’ akan ada di dalam dirimu, dia akan hidup di sana bersamamu selalu.

Menjadi Hero

Prisoned

My Shinigami
Akirnya, kita bertemu
Kisah Kita, tidak pernah berakhir kalau diceritakan, bahkan kalau bisa diyulis entah sudah berapa sequel, prequel, season, ah entah di mana ujung akhirnya.
Kita berteman sangat lama, sudah sangat lama.
Tapi tunggu dulu, benarkah aku mengenalmu, sejak kapan aku mengenalmu?
Aku tidak tahu
Hanya saja saat kita mulai membuat jarak, kau mengucapkan kata-kata perpisahan bahwa aku akan selalu ada di tempat dalam hatimu.
Kau juga bilang yang akan menghentikanku kalau aku sudah berlebihan, sudah keterlaluan.
Kau juga orang yang bilang akan mengakhiri riwayatku kalau aku sudah melewati batas kemanusiaan.
Aku menerima dengan senang hati, aku hanya bilang kalahkan aku, lampui aku, kau tidak akan bisa mengalahkanku, karena aku spesial, aku seorang yang akan meluncur ke atas, hentikan aku kalau kau bisa.

Ah… sial… aku jatuh… aku terlalu tinggi… Ini sangat menyakitkan.

Itu yang aku gumankan.

Ini? Apa juga bagian dari rencanamu.
Aku tidak tahu.
Satu rahasiaku, adalah… aku tidak pernah menceritakan rahasiaku, kau mengerti apa yang aku bicarakan.
Rahasiaku, hanya aku sendiri yang tahu, jadi apa kau tahu sosok sebenarnya diriku?
Sebelum kau berubah menjadi monster aku sudah sejak awal monster.
Tidak.
Daripada disebut monster lebih tepatnya aku hanya alat. Aku bukan manusia. Aku hanya alat, jika dibutuhkan saja, tapi saat itu aku sungguh bangga, karena, aku suatu alat yang hebat yang hampir selalu memuaskan pemakainya.
Tapi, kenyataan aku manusia, tetaplah seorang manusia, aku mulai berpikir, aku mulai bisa mendapatkan sesuatu untuk diriku seorang diri tanpa saat aku digunakan.
Jadi, saat itu aku mulai membangun mimpi.
Apa impianku?
Itu rahasia.
Tapi, kau pasti bisa melihatnya. Aku juga memiliki impian yang sama denganmu. Sejak awal aku sudah mewujudkanya, lalu aku bermimpi yang lain. Itu juga rahasia!
Tapi impianku hanya sebatas mimpi.
Karena, aku bertemu dengannya.
Lalu lambat laun kau yang ada di hatiku mulai tersingkirkan. Terlupakan seiring aliran waktu. Sekian lama, cukup lama lamanya sekitar bunga desember di taman desember ku tanam lalu kini telah sinar tanpa bekas, semoga kau tahu yang ku maksudkan.
Setelah waktu yang lama itu, akhirnya kau kembali.
Tanpa ampun menghajarku.

Ah… Aku lupa… Aku juga melupakanmu… Aku tidak kuat…

Aku menyadari kesalahanku. Lalu membangun kekuatan ini kembali, bangkit untuk melancarkan serangan balasan.
Kau menyadarinya, aku terlambat menyadarinya, sebelum aku bangkit, kau membenamkan diriku ke dasar bumi.
Lalu tanpa ampun mengurungku dengan sangkar bunga mawar merah.
Semakin aku berontak, semakin aku kesakitan.

Jadi… Aku kalah ya.

Aku akan balas.

Aku tidaklah selemah ini.

Aku masih hidup.

Lihatlah, lihat sja nanti, dunia yang pernah aku janjikan untuk kaulihat, akan kubuat.
Di sanalah… tempatku sebenarnya. Meski aku tahu kau sudah terlebih dulu membuatnya. Karena kau tak kan mengerti sebelum kau membuktikanya, bukan.

Untuk saat ini, aku kalah, tapi tidak untuk esok hari.

(Nee, Y , kenapa aku berjuang? Kenapa aku masih terus bertahan? Itu semua karena_